Senin, 25 Januari 2016

Indikasi-indikasi Anak Anda Korban Bully

www.pokersakti.com


www.pokersakti.com



POKERSAKTI.com -  “Wah, masa jaman sekarang tidak punya iPad? Kamu miskin ya! Hahahaha…”

Celotehan seperti itu marak terdengar di sekolah manapun, baik negeri maupun swasta. Class gap lah yang digadang-gadang menjadi salah satu penyebab perpecahan hanya karena salah satu orang memiliki kekuasaan lebih dalam hal kekuatan tubuh maupun materi sehingga ketika melihat seseorang yang lemah di matanya, perbuatan bullying pun terjadi.

 Seberapa jauh Anda mengenal anak Anda? Seberapa dalam Anda terjun ke dalam dunia mereka? Jangan sampai mereka luput dari perhatian Anda. Di jaman yang serba cepat, pertemanan antara anak pun berakhir dengan cepat pula. Bahkan beberapa di antaranya diakibatkan oleh hal sepele seperti tidak memiliki perangkat gadget canggih hingga kemudian bullying pun terjadi. Apakah anak Anda termasuk korban bully di sekolahnya? Cari tahu gejalanya di sini seperti yang dijelaskan oleh dr Samuel Stemi.

7 indikasi ini bisa membantu Anda menentukan apakah anak Anda menjadi korban bully di sekolahnya:

1. Penurunan Akademis

Indikasi ini yang paling sering terlihat. Jika terjadi penurunan pada penampilan akademisnya, dan mungkin hal tersebut terdengar aneh di telinga Anda, coba selidiki apa yang mejadi penyebab penurunan tersebut. Apakah karena banyak absen atau memang kesulitan menangkap pelajaran? Sebaiknya ajak duduk anak Anda dan bicarakan dengan baik terkait kesulitan yang ia alami ketika di sekolah. Anak yang menjadi  korban bully cenderung akan menutup diri dari orang tua. Untuk itu jangan panik dan diskusikan dengan memulai topik yang ringan sebagai bahan pembicaraan.

2. Banyak Absen

Jika anak Anda menjadi korban bully, datang ke sekolah menjadi sebuah stressor yang memberati pundaknya setiap ia harus berangkat sekolah. Tindakan yang paling masuk akal ia lakukan adalah dengan  menghindari sumber stressor atau si bully itu. Dan hal ini dapat Anda cek setelah penerimaan raport atau laporan dari Wali Kelas yang bertanggung jawab dalam hal tersebut.

3. Turunnya Minat Mengerjakan PR

Berangkat ke sekolah saja sudah menjadi momok yang besar baginya, apalagi dengan mengerjakan pekerjaan rumah yang pastinya menumpuk akibat banyaknya absen. Pada saat seperti ini segera cari tahu terkait alasan mengapa terjadi penurunan tersebut. Dan sebaiknya sebagai orang tua, jangan dulu menghakimi tanpa mencari tahu penyebabnya.

4. Sulit Konsentrasi

Dengan ketakutan menjadi korban bully yang setiap hari menghantuinya, anak pun kesulitan untuk konsentrasi. Jangankan untuk konsentrasi, anak yang menjadi korban bully cenderung akan terlihat lebih murung dari biasanya dan menutup diri.

5. Murung Tanpa Sebab

Anak Anda yang dulu selaalu ceria akan terlihat jauh lebih murung. Dan ketika hal ini terjadi, pertanyaan besar pun ada di benak Anda yang kenal betul sifat dan pembawaan si kecil. Segera cari tahu sebab dari pembawaannya yang lebih gloomy dan murung.

 6. Berhenti Melakukan Hobi yang Dulu Sangat Disukainya

Most parents know their children. Mulai dari hobi menyanyi, bermain musik, atau kesukaannya terhadap makanan dan masih banyak lagi hal yang orang tua tahu tentang anaknya. Dan ketika terjadi penurunan minat pada hal atau aktifitas yang dulu sangat disukainya, Anda harus curiga dan mencari tahu alasan di balik penurunan hal tersebut.

7. Penurunan Nafsu Makan

Hal ini yang mudah terlihat ketika mereka sedang menghadapi sesuatu seperti menjadi korban bully di sekolahnya. Anak Anda yang bukan picky eater tiba-tiba mengalami penurunan minat bahkan untuk menelan seteguk air mineral. Apa yang terjadi? Ikuti naluri Anda sebagai orang tua dan cari tahu penyebabnya.

Dari tujuh indikasi diatas, apakah anak Anda mengalami salah satu atau lebih indikasi di atas? Jika iya, sebaiknya Anda segera melakukan sesuatu seperti menghubungi wali kelas di sekolahnya dan berbicara dengan baik kepada anak Anda. Jadikan diri Anda teman anak yang dapat ia ceritakan tentang hal apapun, termasuk ketika ia menjadi korban bully di sekolah.

0 komentar:

Posting Komentar